Posts Tagged ‘konspirasi’

Perampungan peta gen manusia saat ini tidak memberikan hasil bahwa manusia berkerabat dengan kera. Orang tidak perlu tertipu oleh upaya para evolusionis untuk mengeksploitasi perkembangan ilmiah baru ini sebagaimana telah mereka lakukan dengan yang lain-lainnya.

Seperti diketahui, perampungan terakhir peta gen manusia sebagai bagian dari Projek Genom Manusia merupakan perkembangan ilmiah yang sangat penting. Namun, sebagian hasil dari projek ini diselewengkan oleh beberapa terbitan evolusionis. Dinyatakan bahwa gen simpanse memiliki 98% kesamaan dengan gen manusia. Ini dikemukakan sebagai bukti bagi klaim bahwa kera berhubungan dengan manusia, dan seterusnya, sebagai bukti bagi teori evolusi. Kenyataannya, ini adalah bukti “palsu” yang diajukan para evolusionis yang mengambil keuntungan dari kurangnya pengetahuan publik tentang subjek ini.

Klaim 98% Kesamaan Adalah

Propaganda yang Menyesatkan

Pertama, harus ditegaskan bahwa konsep 98% kesamaan antara DNA manusia dan simpanse yang sering dikemukakan para evolusionis bersifat memperdaya.

Agar dapat mengklaim bahwa bentuk genetis manusia dan simpanse memiliki 98% kesamaan, genom simpanse juga harus dipetakan, seperti halnya manusia. Keduanya harus dibandingkan, dan hasilnya harus didapatkan. Namun hasil semacam itu tidak tersedia, karena sejauh ini, hanya gen manusia yang telah dipetakan. Belum ada riset seperti itu dilakukan pada simpanse.

Pada kenyataannya, 98% kesamaan antara gen manusia dan simpanse, yang adakalanya memasuki agenda, adalah sebuah slogan bertujuan propaganda yang secara sengaja diciptakan beberapa tahun silam. Kesamaan ini adalah sebuah generalisasi yang dibesar-besarkan secara luar biasa dengan dilandaskan pada kesamaan dalam rangkaian asam amino dari sekitar 30-40 protein dasar yang ada pada manusia dan simpanse. Suatu analisa rangkaian telah dilakukan dengan metoda yang disebut “hibridisasi DNA” pada rangkaian DNA yang berhubungan dengan protein-protein ini dan hanya sejumlah terbatas dari protein itu yang telah dibandingkan.

Namun, sebenarnya ada sekitar seratus ribu gen, dan karenanya ada seratus ribu protein yang dikodekan oleh gen-gen ini pada manusia. Karena itu, tidak ada dasar ilmiah untuk mengklaim bahwa semua gen manusia dan kera 98% sama hanya karena kesamaan 40 dari 100.000 protein.

Di lain pihak, perbandingan DNA yang dilakukan pada 40 protein ini juga kontroversial. Perbandingan ini dibuat pada tahun 1987 oleh dua orang ahli biologi bernama Sibley dan Ahlquist, dan dipublikasikan dalam terbitan rutin bernama Journal of Molecular Evolution. 15 Namun, ilmuwan lain bernama Sarich yang menguji data yang diperoleh oleh kedua ilmuwan ini menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan atas metoda yang mereka gunakan kontroversial dan bahwa data tersebut telah ditafsirkan secara berlebih-lebihan.16 Dr. Don Batten, ahli biologi lainnya, juga menganalisis masalah ini pada tahun 1996 dan menyimpulkan bahwa tingkat kesamaan yang sebenarnya adalah 96,2% dan bukan 98%.17

DNA Manusia Juga Mirip dengan

Milik Cacing, Nyamuk, dan Ayam!

Lebih jauh lagi, protein-protein dasar yang disebutkan di atas adalah molekul teramat penting yang ada pada berbagai makhluk hidup lainnya. Struktur dari jenis protein yang sama, tak hanya pada simpanse, tetapi juga pada makhluk hidup yang sepenuhnya berbeda, sangat mirip dengan yang ada pada manusia.

Misalnya, analisis genetik yang dipublikasikan dalam New Scientist telah mengungkapkan 75% kesamaan antara DNA cacing nematode dan manusia.18 Ini jelas sekali tidak berarti bahwa hanya ada 25% perbedaan antara manusia dan cacing-cacing ini! Menurut rantai silsilah yang dibuat oleh para evolusionis, filum Chordata, di mana manusia tergolong, dan filum Nematoda telah berbeda satu sama lain bahkan sejak 530 juga tahun yang lalu.

Di lain pihak, dalam temuan lain yang juga muncul dalam media lokal, dinyatakan bahwa perbandingan yang dilakukan antara gen lalat buah yang berasal dari spesies Drosofila dan gen manusia menghasilkan kesamaan 60%.19

Pada kasus lain, analisis yang dilakukan terhadap sejumlah protein menunjukkan manusia sebagai berhubungan dekat dengan sejumlah makhluk hidup yang sangat berbeda. Dalam survei yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Cambridge, sejumlah protein dari hewan-hewan penghuni daratan dibandingkan. Yang menakjubkan, dalam hampir semua sampel, manusia dan ayam dipasangkan sebagai kerabat terdekat. Kerabat terdekat selanjutnya adalah buaya.20

Contoh lain yang digunakan oleh para evolusionis tentang “kesamaan genetis antara manusia dan kera” adalah terdapatnya 48 kromosom pada simpanse dan gorila dibandingkan dengan 46 kromosom pada manusia. Para evolusionis memandang kedekatan jumlah kromosom sebagai indikasi dari hubungan evolusioner. Namun, jika logika yang dipakai oleh para evolusionis ini sahih, maka manusia akan mempunyai kerabat yang lebih dekat daripada simpanse, yakni: “kentang”! Karena jumlah kromosom pada kentang sama dengan pada manusia: 46.

Contoh-contoh ini menegaskan bahwa konsep kesamaan genetis tidak merupakan bukti bagi teori evolusi. Ini karena kesamaan genetis tidak sejalan dengan skema evolusioner rekaan, dan sebaliknya, memberikan hasil yang sepenuhnya berlawanan.

Kesamaan Genetis Merusak “Skema Evolusi”

yang Coba untuk Diangkat

Tidak mengejutkan, ketika isu tersebut dievaluasi secara keseluruhan, tampaklah bahwa subjek “kesamaan biokimia” tidak merupakan bukti bagi evolusi, tetapi lebih meninggalkan teori tersebut dalam situasi yang sulit. Dr. Christian Schwabe, peneliti biokimia dari Fakultas Kesehatan South Carolina University, adalah seorang ilmuwan evolusionis yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencari bukti evolusi dalam domain molekuler. Khususnya ia melakukan riset atas insulin dan protein-protein tipe ralaxin dan mencoba untuk mengembangkan hubungan evolusioner antara makhluk hidup. Namun, ia harus mengakui berkali-kali bahwa ia tidak dapat menemukan bukti apa-apa bagi evolusi pada bagian mana pun dari kajiannya. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam sebuah jurnal ilmiah, ia menyebutkan:

Evolusi molekuler akan diterima sebagai metoda unggul bagi paleontologi karena penemuan hubungan evolusioner. Sebagai evolusionis molekuler saya seharusnya berbesar hati. Alih-alih tampaknya membingungkan bahwa banyak terdapat pengecualian pada progresi spesies secara berurutan sebagaimana yang ditentukan oleh homologi molekuler; begitu banyaknya sehingga sebenarnya saya pikir pengecualian, kekhususan, boleh jadi membawa pesan yang lebih penting.21

Berdasarkan temuan-temuan terbaru di bidang biologi molekuler, ahli biokimia terkenal Prof. Michael Denton berkomentar sebagai berikut:

Setiap kelas pada tingkat molekuler adalah unik, terisolasi dan tidak terhubung oleh perantara. Dengan demikian, molekul, seperti fosil, telah gagal menyediakan perantara yang tak terjelaskan yang begitu lama dicari oleh biologi evolusioner…. Pada tingkat molekuler, tidak ada organisme yang “leluhur” atau “primitif” atau “maju” dibandingkan dengan kerabatnya…. Ada sedikit keraguan bahwa jika bukti molekuler ini telah tersedia seabad yang lalu…. Ide evolusi organik mungkin tidak pernah akan diterima.22

Kesamaan Bukanlah Bukti bagi

Evolusi tetapi bagi Penciptaan

Sudah tentu alamiah bagi tubuh manusia untuk memiliki sejumlah kesamaan molekuler dengan makhluk hidup lainnya, karena mereka semua terbuat dari molekul yang sama, mereka semua menggunakan air dan atmosfer yang sama, dan mereka semua mengkonsumsi makanan yang mengandung molekul yang sama. Tentunya, metabolisme mereka dan oleh karena itu, tampilan genetiknya akan saling menyerupai. Ini, bagaimanapun, bukanlah bukti bahwa mereka berevolusi dari nenek moyang yang sama.

“Material yang sama” ini bukanlah hasil dari evolusi tetapi dari “rancangan yang sama”, yaitu, mereka diciptakan dengan perencanaan yang sama.

Hal ini dapat dijelaskan dengan sebuah contoh; semua konstruksi di dunia dilakukan dengan material yang serupa (batu bata, besi, semen, dst.). Ini, bagaimanapun, tidak berarti bahwa bangunan-bangunan ini “berevolusi” dari sesamanya. Mereka dikonstruksi secara terpisah dengan menggunakan material yang sama. Hal serupa juga terjadi pada makhluk hidup.

Kehidupan tidak berasal mula sebagai hasil dari berbagai peristiwa kebetulan yang tak disengaja sebagaimana klaim evolusi, tetapi sebagai hasil dari penciptaan oleh Allah, yang Mahakuasa, pemilik pengetahuan dan kearifan yang tidak terbatas.

Sejarah Yahudi

Posted: 30/10/2010 in Artikel Harun Yahya
Tags: , ,

Seperti telah diketahui bersama, semua tanah Palestina, khususnya Yerusalem, adalah suci untuk orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Muslim. Alasannya adalah karena sebagian besar nabi-nabi Allah yang diutus untuk memperingatkan manusia menghabiskan sebagian atau seluruh kehidupannya di tanah ini.

Menurut studi sejarah yang didasarkan atas penggalian arkeologi dan lembaran-lembaran kitab suci, Nabi Ibrahim, putranya, dan sejumlah kecil manusia yang mengikutinya pertama kali pindah ke Palestina, yang dikenal kemudian sebagai Kanaan, pada abad kesembilan belas sebelum Masehi. Tafsir Al-Qur’an menunjukkan bahwa Ibrahim (Abraham) AS, diperkirakan tinggal di daerah Palestina yang dikenal saat ini sebagai Al-Khalil (Hebron), tinggal di sana bersama Nabi Luth (Lot). Al-Qur’an menyebutkan perpindahan ini sebagai berikut:

قُلۡنَا يَـٰنَارُ كُونِى بَرۡدً۬ا وَسَلَـٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٲهِيمَ (٦٩) وَأَرَادُواْ بِهِۦ كَيۡدً۬ا فَجَعَلۡنَـٰهُمُ ٱلۡأَخۡسَرِينَ (٧٠) وَنَجَّيۡنَـٰهُ وَلُوطًا إِلَى ٱلۡأَرۡضِ ٱلَّتِى بَـٰرَكۡنَا فِيہَا لِلۡعَـٰلَمِينَ ٧١

Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (Qur’an, Al-Anbiya’:69-71)

Daerah ini, yang digambarkan sebagai “tanah yang telah Kami berkati,” diterangkan dalam berbagai keterangan Al-Qur’an yang mengacu kepada tanah Palestina.

Sebelum Ibrahim AS, bangsa Kanaan (Palestina) tadinya adalah penyembah berhala. Ibrahim meyakinkan mereka untuk meninggalkan kekafirannya dan mengakui satu Tuhan. Menurut sumber-sumber sejarah, beliau mendirikan rumah untuk istrinya Hajar dan putranya Isma’il (Ishmael) di Mekah dan sekitarnya, sementara istrinya yang lain Sarah, dan putra keduanya Ishaq (Isaac) tetap di Kanaan. Seperti itu pulalah, Al-Qur’an menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim mendirikan rumah untuk beberapa putranya di sekitar Baitul Haram, yang menurut penjelasan Al-Qur’an bertempat di lembah Mekah.

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Qur’an, 14:37)

Akan tetapi, putra Ishaq Ya’kub (Jacob) pindah ke Mesir selama putranya Yusuf (Joseph) diberi tugas kenegaraan. (Putra-putra Ya’kub juga dikenang sebagai “Bani Israil.”) Setelah dibebaskannya Yusuf dari penjara dan penunjukan dirinya sebagai kepala bendahara Mesir, Bani Israel hidup dengan damai dan aman di Mesir.

Suatu kali, keadaan mereka berubah setelah berlalunya waktu, dan Firaun memperlakukan mereka dengan kekejaman yang dahsyat. Allah menjadikan Musa (Moses) nabi-Nya selama masa itu, dan memerintahkannya untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Ia pergi ke Firaun, memintanya untuk meninggalkan keyakinan kafirnya dan menyerahkan diri kepada Allah, dan membebaskan Bani Israil yang disebut juga orang-orang Israel. Namun Firaun seorang tiran yang kejam dan bengis. Ia memperbudak Bani Israil, mempekerjakan mereka hingga hampir mati, dan kemudian memerintahkan dibunuhnya anak-anak lelaki. Meneruskan kekejamannya, ia memberi tanggapan penuh kebencian kepada Musa. Untuk mencegah pengikut-pengikutnya, yang sebenarnya adalah tukang-tukang sihirnya dari mempercayai Musa, ia mengancam memenggal tangan dan kakinya secara bersilangan.

Meskipun Firaun menolak permintaannya, Musa AS dan kaumnya meninggalkan Mesir, dengan pertolongan mukjizat Allah, sekitar tahun 1250 SM. Mereka tinggal di Semenanjung Sinai dan timur Kanaan. Dalam Al-Qur’an, Musa memerintahkan Bani Israil untuk memasuki Kanaan:

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. (Qur’an, 5:21)

Setelah Musa AS, bangsa Israel tetap berdiam di Kanaan (Palestina). Menurut ahli sejarah, Daud (David) menjadi raja Israel dan membangun sebuah kerajaan berpengaruh. Selama pemerintahan putranya Sulaiman (Solomon), batas-batas Israel diperluas dari Sungai Nil di selatan hingga sungai Eufrat di negara Siria sekarang di utara. Ini adalah sebuah masa gemilang bagi kerajaan Israel dalam banyak bidang, terutama arsitektur. Di Yerusalem, Sulaiman membangun sebuah istana dan biara yang luar biasa. Setelah wafatnya, Allah mengutus banyak lagi nabi kepada Bani Israil meskipun dalam banyak hal mereka tidak mendengarkan mereka dan mengkhianati Allah.

 

إِذۡ جَعَلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلۡحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ ٱلۡجَـٰهِلِيَّةِ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَڪِينَتَهُ ۥ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَعَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَأَلۡزَمَهُمۡ ڪَلِمَةَ ٱلتَّقۡوَىٰ وَكَانُوٓاْ أَحَقَّ بِہَا وَأَهۡلَهَا‌ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمً۬ا ٢٦

Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu’min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qur’an, Al-Fath:26)

 
Karena kemerosotan akhlaknya, kerajaan Israel mulai memudar dan ditempati oleh berbagai orang-orang penyembah berhala, dan bangsa Israel, yang juga dikenal sebagai Yahudi pada saat itu, diperbudak kembali. Ketika Palestina dikuasai oleh Kerajaaan Romawi, Nabi ‘Isa (Jesus) AS datang dan sekali lagi mengajak Bani Israel untuk meninggalkan kesombongannya, takhayulnya, dan pengkhianatannya, dan hidup menurut agama Allah. Sangat sedikit orang Yahudi yang meyakininya; sebagian besar Bani Israel mengingkarinya. Dan, seperti disebutkan Al-Qur’an, mereka itu yang:

لُعِنَ ٱلَّذِينَ ڪَفَرُواْ مِنۢ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُ ۥدَ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَ‌ۚ ذَٲلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّڪَانُواْ يَعۡتَدُونَ ٧٨

“Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” (Al-Qur’an, Al-Maidah:78)

Setelah berlalunya waktu, Allah mempertemukan orang-orang Yahudi dengan bangsa Romawi, yang mengusir mereka semua keluar dari Palestina.

Tujuan penjelasan yang panjang lebar ini adalah untuk menunjukkan bahwa pendapat dasar Zionis bahwa “Palestina adalah tanah Allah yang dijanjikan untuk orang-orang Yahudi” tidaklah benar. Pokok permasalahan ini akan dibahas secara lebih rinci dalam bab tentang Zionisme.

Zionisme menerjemahkan pandangan tentang “orang-orang terpilih” dan “tanah terjanji” dari sudut pandang kebangsaannya. Menurut pernyataan ini, setiap orang yang berasal dari Yahudi itu “terpilih” dan memiliki “tanah terjanji.” Padahal, ras tidak ada nilainya dalam pandangan Allah, karena yang penting adalah ketakwaan dan keimanan seseorang. Dalam pandangan Allah, orang-orang terpilih adalah orang-orang yang tetap mengikuti agama Ibrahim, tanpa memandang rasnya.

Al-Qur’an juga menekankan kenyataan ini. Allah menyatakan bahwa warisan Ibrahim bukanlah orang-orang Yahudi yang bangga sebagai “anak-anak Ibrahim,” melainkan orang-orang Islam yang hidup menurut agama ini:

إِنَّ أَوۡلَى ٱلنَّاسِ بِإِبۡرَٲهِيمَ لَلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُ وَهَـٰذَا ٱلنَّبِىُّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ‌ۗ وَٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٦٨

“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” (Qur’an, Ali Imran:68)

Teve National Geographic menayangkan dua film dokumenter pada bulan April 2003 dalam edisi Eropa, berjudul A Tale of Three Chimps (Kisah Tiga Simpanse) dan My Favorite Monkey (Monyet Kesukaanku). Dokumenter-dokumenter tersebut menunjukkan kemiripan yang jelas mengenai pesan yang ingin mereka sampaikan. Penayangan berkelanjutan dokumenter-dokumenter ini oleh Televisi National Geographic, isi serta waktunya menunjukan bahwa propaganda evolusionis yang sangat terencana sedang berlangsung. Saluran ini, yang pada bulan Maret 2003 menyajikan pada kita dongeng tentang “anjing yang masuk ke laut dan menjadi seekor paus” dan “ikan yang merayap ke darat untuk meninggalkan laut dan tumbuh kakinya” dalam Great Transformations (Perubahan-perubahan Besar), saat ini menawarkan kita cerita lain dan mencoba menanamkan apa yang disebut sebagai evolusi manusia.
Dokumenter “A Tale of Three Chimps” yang menggambarkan simpanse-simpanse yang bekerja di sirkus, dan “My Favorite Monkey” adalah tentang hewan macaque berekor. Keseluruhan tayangan kedua film tersebut banyak memberikan contoh yang memperlihatkan perilaku cerdas pada monyet, dan kesan yang diberikan adalah karena monyet dianggap sebagai kerabat dekat manusa, kecerdasan mereka tentunya tinggi. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengungkap pemahaman-pemahaman Darwinisme yang membelenggu kedua tayangan dokumenter tersebut.

Klaim Bahwa Simpanse dan Manusia Berkerabat atau
Memiliki hubungan Genetika adalah Tidak Benar

Tepat pada bagian awal film ini terdapat pernyataan bahwa simpanse adalah “Kerabat Spesies” manusia dan dikatakan bahwa para ilmuwan menyadari kemiripan-kemiripan antara kedua spesies sebelum kemiripan genetika mereka dapat dibuktikan.

Pandangan Teve National Geographic TV’s tentang monyet sebagai “Kerabat Spesies” manusia tidak lebih dari prasangka pendukung Darwin dan tidak berdasar pada penemuan-penemuan ilmiah. Sama sekali tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa manusia dan kera berevolusi dari satu nenek moyang. Menghadapi gambaran yang dihasilkan oleh catatan fosil, palaentologis evolusionis mengakui bahwa mereka telah meninggalkan harapan untuk menemukan “rantai yang hilang” antara manusia dan simpanse.
Pengakuan bahwa “kemiripan genetis” antara manusia dan kera telah dipastikan merupakan sebuah penipuan, murni dan sederhana. Kemiripan genetic adalah sebuah skenario yang dihasilkan dari penyimpangan data mengenai DNA manusia dan simpanse dengan maksud mendukung Darwinisme. Meskipun demikian, skenario ini memang busuk sampai akar-akarnya, karena mengakui bahwa DNA muncul dengan cara mutasi evolusi acak. Meskipun demikian, kenyataannya adalah efek mutasi pada organisme, tidak dapat dipungkiri, membahayakan, dan bahkan sebagian dari hasil mutasi berakibat fata. DNA mengandung informasi berarti yang terekam dalam suatu sistem sandi istimewa. Mutasi acak tidak mungkin dapat menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme dan merubahnya menjadi spesies baru. Seluruh eksperimen dan observasi tentang mutasi menunjukkan hal tersebut.
Lebih lanjut, kesalahan angka yang diajukan dalam propaganda kemiripan genetic ini juga telah muncul dalam penemuan-penemuan ilmiah baru dalam bulan-bulan terakhir. Penemuan oleh ahli genetika California Institute of Technology telah menunjukkan bahwa perbedaan genetic antara manusia dan simpanse tiga kali lebih besar dibandingkan yang selama ini telah diklaim.1 Telah ditunjukkan bahwa tidak ada bukti ilmiah mengenai hal yang sangat sering ditekankan dalam propaganda evolusionis. (Untuk lebih detilnya mengenai penemuan ilmiah yang telah mengehancurkan skenario evolusi manusia, lihat Darwinism Refuted (Sangkalan Terhadap Darwinisme) oleh Harun Yahya di http://www.harunyahya.com dibawah subtopik “Refutation of Darwinism” (Penyangkalan terhadap Darwinisme).)
Dokumenter Televisi National Geographic, “My Favorite Monkey,” menyatakan bahwa manusia dan kera memiliki kemiripan faal, dan hal ini dilihat sebagai bukti evolusi. Diberikan ruang bagi seorang dokter hewan untuk berkomentar mengenai seekor monyet yang dibawa kepadanya untuk pengobatan. Dokter hewan ini menyatakan bahwa beberapa obat yang digunaknnya pada monyet itu sebenarnya adalah obat untuk manusia, dan mengutip hal tersebut sebagai bukti bahwa kedua spesies tersebut memiliki hubungan kekerabatan.

Meskipun demikian, kenyataan bahwa obat-obatan terbukti ampuh pada kedua spesies tidak memberikan bukti apapun bagi teori evolusi. Perbandingan semata-mata dibuat seseorang sesuai dengan persangkaan-persangkaan pengikut Darwin. Secara alami zat-zat kimia serupa memang seharusnya berguna untuk manusia dan kera. Kedua spesies hidup di biosfir yang sama dan memiliki molekul-molekul organik berdasar karbon yang sama. Kesamaan struktur ini bukan hanya dimiliki manusia dan kera, tapi juga seluruh alam. Misalnya, manusia memproduksi obat-obatan dari darah kepiting ladam (“horseshoe crab”). Namun bukan berarti manusia dan kepiting ladam memiliki hubungan kerabat. Di sisi lain, transplantasi ginjal yang dilakukan dari simpanse ke manusia menunjukan pukulan telak bagi klaim mengenai kemiripan fungsi faal tubuh. Dr. Keith Reemtsma dari Tulane University melakukan lebih dari selusin transplantasi dari simpanse ke manusia pada tahun 1963, namun semua pasiennya meninggal.2 Hal itu disebabkan metabolisme simpanse bekerja lebih cepat, oleh alas an tersebut sehingga menyebabkan sel-sel dalam jaringan ginjal simpanse menyerap air dengan cepat dalam tubuh manusia penerima organ.

Siasat Propaganda Teve National Geographic

Siasat propaganda sangat sering menjadi usaha dalam tayangan-tayangan dokumenter dari Televisi National Geographic yang berisi contoh-contoh perilaku cerdas kera dan kemudian menggambarkan perbandingan antara mereka dan manusia. Siasat ini dapat dilihat dalam pernyataan-pernyataan seperti “mereka adalah hewan-hewan cerdas”, “kebutuhan mereka sangat mirip dengan manusia” dan “seperti kita, mereka merasakan kebutuhan terhadap ikatan pribadi dan hubungan antar-pribadi”.
Komentar-komentar dalam My Favorite Monkey menyebutkan bahwa kera memberikan penyelesaian kreatif terhadap masalah-masalah di alam dan bahwa mereka adalah penyelesai masalah yang cerdas. Juga dikatakan bahwa batas antara tingkah laku manusia dan kera boleh jadi tidak begitu jelas.
Dalam pengisahan lainnya, dikatakan bahwa mereka secara fisik menggambarkan diri kita, kita menggunakan mereka dalam penelitian ruang angkasa dan medis. Selain itu, mereka menggambarkan diri kita secara social, namun kita merahasiakannya. Kehidupan keluarga sangat penting bagi anggota spesies macaque dan hubungan kekerabatan kita sangat dekat sehingga …
Namun ketidakonsistenan dalam penyusunan hubungan evolusi antara manusia dan kera dalam hal kecerdasan dan hubungan antar-pribadi sangatlah terbukti. Ada hewan-hewan lain yang jauh lebih hebat dari kera dalam hal kecerdasan dan hubungan. Lebah, misalnya, dapat menggunakan teknik arsitektur dalam membangun sarang mereka, yang ketepatannya hanya dapat dihitung dengan perhitungan matematis.3 Suatu rencana geometris dapat dilihat pada sarang, yang memungkinkan jumlah material paling sedikit digunakan dalam pembentukannnya namun menghasilkan tempat terluas sebagai ruang penyimpanan. (Untuk mengetahui rancangan “optimal” luas dan keliling dari berbagai bentuk geometris harus dihitung, dan bentuk geometris dengan perbandingan luas/keliling tertinggi harus dipilih).

Dengan cara yang sama, berang-berang dapat membangun sarang mereka menentang aliran air di tengah sungai, menggunakan kemampuan teknik yang digunakan manusia dalam membangun bendungan.4 Rayap membangun menara yang mengagumkan sebanding dengan gedung pencakar langit buatan manusia, dan membuat system pendingin udara, kamar-kamar penyimpanan dan wilayah pertanian di dalamnya. Faktanya, tentu saja, bahwa hewan-hewan ini menunjukkan pengetahuan matematis dan geometris yang kasat mata dalam bangunan-bangunannya serta menggunakan cara-cara teknis tidak menunjukkan bahwa kita berkerabat dengan lebah, berang-berang dan rayap.
Kenyataan bahwa monyet merasa membutuhkan ikatan dan hubungan antar pribadi juga bukan merupakan bukti terjadinya evolusi. Makhluk yang tidak memiliki kemungkinan kekerabatan dengan manusia juga menikmati ikatan dan hubungan sejenis. Pinguin, misalnya, membesarkan keluarganya dengan penuh cinta dan kesetiaan. Anjing jauh lebih setia dan bersahabat dalam hubungannya dengan manusia. Merpati menikmati hubungan dekat dengan pasangannya. Parkit Australia menunjukkan minat dan kesetiaan satu sama lain, dan juga pada manusia. Meskipun demikian, sifat-sifat ini tidak membuat penguin, merpati, parkit Australia, dan anjing kerabat kita.
Di sisi lain, hewan-hewan ini menguak ketidakvalidan klaim teori evolusi tentang asal usul kecerdasan dan tingkah laku mereka. Meskipun kenyataannya makhluk-makhluk tersebut berada pada pohon evolusi khayalan yang lebih jauh dari manusia dibandingkan simpanse, hewan-hewan ini masih dapat menunjukkan tingkah laku yang jauh lebih mendekati kecerdasan manusia daripada simpanse.
Lebah madu mengungkap sebuah kontradiksi lain yang tidak dapat diperhitungkan oleh teori evolusi. Teori ini memperhitungkan tingkat kecerdasan berdasarkan perkembangan sistem syaraf. Misalnya, kenyataan bahwa manusia adalah makhluk hidup yang paling berkembang dihubungkan dengan perbandingan otak/tubuhnya yang tertinggi. Berdasarkan logika ini, simpanse, yang memiliki system syaraf yang lebih rumit daripada lebah, seharusnya lebih superior daripada lebah. Namun, kenyataannya malah sebaliknya. Kenyataan bahwa makhluk hidup yang lebih jauh letaknya dari manusia di pohon evolusi khayalan dibandingkan simpanse mampu menunjukkan tingkah laku dengan tingkat kerumitan yang sama dengan manusia, meskipun makhluk ini lebih randah tingkatannya – misalnya, caranya menghitung luas dan keliling heksagon (segi enam) dan mengukur sudut-sudut dalamnya – benar-benar meruntuhkan pengakuan evolusioni tentang kecerdasan kera.

Hati-Hati dengan Penyimpangan
Tentang Kebiasaan Monyet

Dalam dokumenter My Favorite Monkey tersirat bahwa monyet berekor bernama macaque memiliki kemampuan mengembangkan tingkah laku rumit, dan mengajarkannya pada monyet-monyet lain dan mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Ini digambarkan sebagai “kebiasaan monyet”, karena arti kebiasaan adalah tingkah laku yang dipelajari.
Mungkin saja untuk mengatakan bahwa model tingkah laku yang tidak umum pada suatu spesies merupakan sebuah ‘kebiasaan’. Namun, sebagaimana telah kami sebutkan di atas, tingkah laku yang “mirip manusia” atau kebiasaan “mirip manusia” dalam sisi-sisi tertentu makhluk hidup lagi-lagi bukan merupakan bukti teori evolusi.
Teve National Geographic terlibat dalam dua penyimpangan besar dalam hal ini. Pertama, contoh mengenai seekor macaque yang mencuci kentang berpasir di laut sebelum memakannya. TV engages in two major distortions here. Kedua, seekor macaque dewasa dengan paksa merebut batu yang tengah dimainkan dari tangan monyet yang lebih muda.
Disebutkan bahwa mencuci kentang dalam air adalah tingkah laku yang berawal dari seekor macaque dalam kelompok itu, yang kemudian mengajarkannya kepada yang lain. Ini dianggap sebagai sebuah kebiasaan. Pengambilan batu yang sedang dimainkan macaque muda oleh macaque dewasa dianggap sebanding dengan anak-anak yang bermain di taman bermain yang saling berebut mainan. Juga dikatakan bahwa cara macaque dewasa menunjukkan kekuatannya dengan merebut batu dari hewan yang lebih muda menunjukkan bahwa macaque mengaitkan batu tersebut dengan penghargaan masyarakat.
Kenyataan bahwa seekor monyet membersihkan “seperti manusia” dan menunjukkan kebiasaan memamerkan sebuah “mainan” tidak dapat dijadikan bukti evolusi. Para evolusionis terus-menerus terpaku pada kebiasaan monyet, dan terbiasa menggambarkan kebiasaan monyet tersebut dimiliki oleh seluruh monyet, berdasarkan hubungan tertentu antara monyet yang satu dengan yang lain. Tujuannya di sini adalah mematri pemahaman masyarakat bahwa kebiasaan manusia adalah sebuah fenomena yang muncul melalui evolusi, dan di antara hewan-hewan yang paling dekat tingakatannya dengan kebiasaan manusia ditunjukkan oleh monyet.
Namun lebah liar yang dikenal dengan nama schwarzula atau semut pemotong daun (leafcutter ant) menunjukkan kebiasaan yang lebih rumit – bertani. Schwarzula “beternak” dengan menggunakan sekresi dari sejenis larva yang dikumpukan di sarangnya. Semut pemotong daun “bertani” dengan menumbuhkan jamur.5 Jenis semut lain mengumpulkan damar daei pohon-pohon dan menggunakannya sebagai antiseptik untuk membersihkan sarangnya dari kuman. Ini merupakan pertanda “kebiasaan pengobatan”. Bukti bahwa makhluk hidup, yang (menurut para evolusionis) “lebih sederhana” dibanding kera dan lebih jauh kedudukannya dari manusia dibandingkan kera, dapat menunjukkan contoh kebiasaan yang rumit cukup untuk meruntuhkan pengakuan kaum evolusionis tentang hubungan antara “kebiasaan Monyet” dengan manusia.
Sebagaimana telah kita lihat, penyimpangan Teve National Geographic tidak cukup, menurut teori evolusi, untuk menjelaskan tingkah laku dan kebiasaan hewan yang mirip dengan manusia. Selain itu, contoh-contoh tingkah laku dan kebiasaan lebah, semut, berang-berang, anjing dan merpati menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak akan dapat terjawab dengan teori evolusi: Bagaimana makhluk-makhluk ini menemukan keterangan yang diperlukan untuk mencapai tingkah laku yang begitu rumit? Bagaimana mereka dapat menerjemahkan keterangan tersebut? Bagaimana serangga-serangga kecil itu dapat menunjukkan tingkah laku yang lebih rumit daripada kera, yang dianggap kerabat terdekat manusia?
Anda dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini pada seorang evolusionis pilihan Anda. Sudah dapat dipastikan bahwa jawabannya akan menunjukkan kebingungan yang mereka hadapi. Mereka yang lebih berpengalaman akan mencoba menyembunyikan hal ini dengan mengatakan bahwa tingkah laku tersebut tergantung pada “naluri”. Namun alasan ini gagal menyelematkan teori yang menghadapi jalan buntu. “Naluri” tidak lebih dari sebuah nama yang dibuat untuk kebingungan evolusi ini.
Jelas sekali bahwa naluri tidak berasal dari makhluk hidup itu sendiri, melainkan diilhami oleh kecerdasan yang lebih tinggi. Dialah Allah Yang mengilhami tingkah laku lebah, berang-berang, anjing, merpati dan simpanse. Setiap makhluk hidup menunjukkan sifat-sifat yang telah Allah tetapkan baginya. Kenyataan bahwa simpanse adalah hewan, yang mengagumkan bagi manusia dan dapat menaati perintah, lahir dari ilham yang diturunkan Allah padanya. Kebenarannya dapat dilihat dalam ayat Quran, “Rabb-mu mengilhamkan kepada lebah…” (Qur’an, 16:68)

Kesalahan Besar Mengenai Monyet dari
Teve National Geographic

Klaim yang diajukan dalam perbandingan antara macaque berekor dengan manusia dalam dokumenter “My Favorite Monkey” sangat tidak konsisten sehingga film memberikan kesan telah disiapkan sebagai hiburan bagi anak-anak. Misalnya:
Monyet percoban yang dikirim ke ruang angkasa disebut sebagai pahlawan, dan kita diberitahu bahwa, seandainya tidak ada mereka, manusia tidak akan pernah dapat melakukan lompatan besar ke ruang angkasa sebagaimana yang telah dilakukannya. Pernyataan ini sama-sekali tak berdasar. Monyet yang dikirim ke ruang angkasa tidak “berhasil” melakukan apapun. Roket dimana mereka diletakkan diatur dari bumi, dan monyet-monyet ini hanya diikat kuat-kuat di ruang pesawat dan digunakan sebagai bahan penelitian. Lebih jauh lagi, jika kita diijinkan mengukur kepahlawanan pada hewan-hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ruang angkasa, maka tikus dan anjing harus juga disertakan, kaena hewan-hewan ini juga digunakan dalam pesawat yang dikirim ke ruang angkasa.
Juga dinyatakan dalam My Favorite Monkey bahwa kera telah banyak digunakan manusia dalam bidang kedokteran. Kita diberi tahu bagaimana, hasil dari penelitian mengenai rhesus monyet, uji Rh telah berkembang. Meskipun begitu, jelas sekali bahwa penggunaan hewan dalam penelitian kedokteran tidak membuat mereka kerabat manusia, sebagaimana penggunaan bakteri dalam pengembangan antibiotik juga tidak membuat mereka kerabat manusia.
Dalam dokumenter yang sama, sebuah perbandingan dibuat antara cara monyet saling merawat diri mereka untuk mengatasi kutu dan parasit dengan cara manusia pergi ke penata rambut, dan ditimbulkan kesan bahwa pergi ke penata rambut merupakan tingkah laku social yang sebanding dengan mencari kutu.

Klaim ini mewakili salah satu “contoh jelas” cara khayalan Darwinis Televisi National Geographic tidak tahu batas. Mungkin dalam program-program selanjutnya khayalan kreatif semacam ini dapat digunakan dalam spekulasi mengenai asal mula kebiasaan manusia pergi ke bioskop dengan menunjukkan dua kelompok kera, salah satu menonton kelompok yang lain bermain. Tentu saja, jika rayap tidak ditemukan dengan kemampuan mereka membuat bangunan dan tidak disebut sebagai nenek moyang terdekat manusia!
Macaque yang melompat ke atas jet ski, atau duduk dan makan di rumah makan bersama pemilik mereka tidak membuat mereka kerabat manusia. Jelas sekali bahwa tingkah laku ini tidak berakar dari tatacara dan kebiasaan kera. Tingkah laku ini merupakan hasil dari pelatihan dengan hukuman dan hadiah, dan tidak memiliki kelebihan apapun dibandingkan dengan pertunjukan sirkus. Tentu saja anjing, burung dan lumba-lumba juga digunakan dalam pertunjukan-pertunjukan ini dan menunjukkan kemampuan yang mengagumkan. Teve National Geograpic menggunakan dan menyimpangkan gambaran tentang monyet untuk menanamkan dalam pandangan masyarakat pendapat yang digembar-gemborkan evolusi bahwa monyet adalah kerabat terdekat manusia.